KONTRIBUTIF MANDATORI BIODIESEL DAN UTILITAS EMISSION SAVING BIOFUEL DARI LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA NET ZERO EMISSION DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENERIMAAN NEGARA
Bimbel Panti: Upaya INBI Untuk Mewujudkan Kesetaraan Pendidikan di Indonesia
Eka Dalanta : Merajut Jalinan Sastra dan Literasi di Komunitas Ngobrol Buku
Eka Dalanta Tarigan, seorang perempuan yang memiliki semangat tinggi dalam mendekatkan sastra dan literasi kepada masyarakat, telah menjadikan komunitas "Ngobrol Buku" sebagai tonggak penting dalam upayanya mewujudkan misi tersebut. Komunitas yang berdiri pada tanggal 20 Mei 2020 ini telah menjadi wadah yang berfungsi untuk mendekatkan sastra kepada khalayak luas.
Eka, yang sejak kecil sudah memiliki kecintaan yang mendalam terhadap buku, menjadikan sastra sebagai bagian tak terpisahkan dalam hidupnya. Bahkan, ia mengambil jurusan Sastra Indonesia saat berkuliah, inilah yang menjadi langkah awal dalam perjalanan panjangnya untuk mendekatkan sastra kepada masyarakat luas.
"Berangkat dari kecintaan kepada sastra Indonesia dan ingin memperkenalkannya kepada khalayak luas bahwa sastra itu sebenarnya tidak berat sama sekali. Ngobrolin karya sastra itu penting karena akan menjadikan kita sebagai pribadi yang memiliki rasa empati dan sikap yang memanusiakan manusia lain dengan baik," ucap Eka.
Komunitas Ngobrol Buku juga menjadi salah satu wadah di mana Eka berusaha mengenalkan dunia sastra kepada masyarakat melalui media sosial, terutama Instagram. Mereka secara rutin mengadakan diskusi melalui siaran langsung Instagram @ngobrol.buku setiap Jumat pukul 20.00 WIB. Selain itu, mereka juga melakukan kegiatan luring satu atau dua kali dalam sebulan.
Dalam upayanya untuk mengenalkan sastra dan meningkatkan literasi, Eka tidak hanya membatasi dirinya pada aktivitas komunitasnya. Ia juga aktif dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengenalan sastra dan peningkatan literasi di wilayah Sumatera Utara. Pada 27 September 2023, Eka ditetapkan sebagai Duta Baca Daerah Kabupaten Karo Sumatera Utara periode 2023-2027. Hal ini menjadi bukti atas dedikasinya yang tinggi terhadap penyebarluasan informasi tentang sastra dan literasi.
Sebagai Duta Baca Karo, Eka bertanggung jawab untuk memainkan peran penting dalam meningkatkan literasi dan menginspirasi masyarakat Karo untuk gemar membaca. Upaya yang dilakukan oleh Eka sangat diharapkan dapat merangsang minat baca anak muda dan mendalami karya sastra.
Dengan semangatnya yang tak pernah surut, Eka Dalanta Tarigan dan komunitas Ngobrol Buku terus berusaha menjadikan sastra dan literasi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sumatera Utara. Harapannya, komunitas ini akan terus berkembang dan mengajak lebih banyak orang, khususnya anak muda, untuk menggali dan merasakan keindahan dunia sastra dan literasi.
Wajah Baru : Rektor ITSI Medan Berganti Dari Aries Sukariawan Ke Purjianto
Investigasi dan Indepth : Jurus Jitu Ungkap Kasus Korupsi
SigmaLines-Puluhan orang dari
berbagai perwakilan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) padati Aula Hotel Jeumpa
Mannheim. Dengan hajat ikuti Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional
(PJTLN) oleh LPM Perspektif. Berlangsung selama empat hari, terhitung dari 6-9
september.
Bertajuk kebebasan Pers dalam keberlangsungan Demokrasi : Proaktif Mengungkap Kasus Korupsi. Ketua panitia Journival Al Hafiz Akbar Ferdynanda jelaskan alasan pemilihan tema. Katanya untuk tingkatkan kemampuan LPM menghasilkan informasi akurat serta terpercaya. Terlebih perihal demokrasi dan korupsi.
Mengungkap hal yang belum terungkap. Ketua Jaringan Media Siber Indonesia
Teguh Santosa paparkan mengenai Jurnalisme Investigasi. Didasari dengan
informasi dari kesaksian korban dan dokumen pendukung.
Teguh, sapaan akrabnya, berikan perumpamaan mengkuliti bawang. Lapisan bawang
yang memiliki lapisan lagi ketika dikupaskan akan ada lapisan lainnya.
“Jurnalisme investigasi itu seperti mengkuliti bawang, banyak
lapisan-lapisan di dalamnya.” Ujar beliau.
Liputan investigasi memiliki risiko tinggi dan membutuhkan waktu yang lama
dalam hasilkan karya jurnalisnya. Wawancara berbagai narasumber agar mendapati
informasi terverifikasi serta pengumpulan dokumen pendukung salah satu yang
menjadi faktornya. Teguh mencontohkan dalam peliputan investigasi kasus
korupsi, pengumpulan bukti-bukti menjadi langkah awal sebelum penulisan. Dalam
hal ini memerlukan riset yang lama.
Tutur Teguh, ia mengawali liputan dengan mengumpulkan bukti-bukti. Tentu
sebelum penulisan dan waktu riset yang lama. Terkadang jurnalis wajib berperan
lebih dalam. Seperti menyamar dan terlibat langsung. Jurnalis juga dapat
menggali informasi lebih banyak saat tidak menggunakan identitasnya sebagai
wartawan.
Akan tetapi teguh tidak menyarankan caranya. Karena melanggar kode etik
jurnalistik. Wartawan harus profesional, seperti menggunakan identitasnya
sebagai jurnalis. Jurnalisme investugasi punya resiko besar, karena berita yang
diterima dapat membahayakan dirinya.
“jurnalisme investigasi resikonya besar baik sebagai jurnalis maupun
narasumber dapat terancam.”
Maka diperlukan ruang aman bagi narasumber. Misalnya dengan menutup
identitasnya dalam berita. Dalam kondisi tersebut, Teguh menjelaskan penulisan
atribusi narasumber sudah cukup untuk verifikasi berita.
“Atribusi
narasumber sangat berpengaruh terhadap kepercayaan pembaca,” ucap pria kelahiran Sumatera Utara itu.
Kebebasan pers hanya sebatas utopia pada masa orde
baru. Bayang-bayang akan pembungkaman dan pembredelan jadi momok dalam otak.
Seno Gumira Ajidarma, mantan pimpinan redaksi majalah Jakara Jakarta. Ia
katakan karya fiksi dapat jadi alternatif saat tulisan tidak dapat
dipublikasikan. Sebab aturan yang dapat membahayakan keselamatan jurnalis.
Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara
merupakan kumpulan cerita pendek yang ditulis dari pengalaman Seno selama 23
tahun di Timur-Timor di saat konflik lagi berkobar. Menurut Teguh, keputusan
ini jadi langkah yang minim risiko. Sebab buku Seno bersifat fiktif.
“Dalam liputan investigasi apabila lebih banyak
mudarat daripada manfaatnya maka jurnalis harus berbesar hati,” ucap Teguh.
Alumnus Universitas Padjajaran itu jelaskan
penulisan indepth. Ialah menggabungkan berbagai banyak frame dan prime. Frame
adalah kumpulan informasi dengan fokus tertentu. Fokus dalam informasi disebut
prime.
Tentu tulisan indepth beda dengan straight news.
Perbedaannya terletak pada bentuk piramida tulisan. Jika straight news dengan
piramida terbaliknya maka indepth punya piramida yang berantakan, jelas Teguh.
Dengan memadukan konflik antara suspensi serta menambah ketajaman indepth,
ditambah gaya penulisan jurnalisme sastrawi guna pikat daya tarik pembaca.
“Dalam penulisan [indepth] konflik akan diiringi
suspensi dan hadirkan konflik terbaru, hal ini terus berulang,” ucap Teguh.
Penerapan hukum ekonomi reportase menjadi aspek yang
harus diperhatikan, dengan penyortiran
diksi akan menghasilkan tulisan yang efektif. Dirinya jelaskan, media cetak memiliki
keterbatasan ruang tulisan dalam memuat berita jadikan alasan utama. Sehingga
dengan menerapkan hukum ekonomi reportase media cetak lebih dapat banyak memuat
berita dan pembaca tidak merasa bosan.
“Banyak saya
ketemui berita hari ini menggunakan diksi reportase seperti melakukan
penangkapan padahal bisa menggunakan kata menangkap,” ucap Teguh
mencontohkannya.
Perihal kasus korupsi, menurutnya di Indonesia
skemanya sangat sederhana dan datar. Contohnya korupsi pembangunan. Saat
diberikan proyek koruptor akan menggunakan ‘boneka’nya sebagai tender. Tender
ini akan bantu dalam menggelapkan dana anggaran.
“Itulah jiwa korupsi berjemaah, terang benderang di
tempat terbuka.”
Setiap jurnalisme akan memiliki efek dan dampak, tak
terkecuali jurnalisme mengenai korupsi. Dengan pemberitaan korupsi, Teguh
harapkan masyarakat sadar untuk memberantas korupsi.
Laporan investigasi jadi senjata dalam ungkap kasus
korupsi. Hadirkan dokumen disertai riset data terpercaya melalui proses yang
lama, sampai membutuhkan bertahun-tahun. Penulisan Term of Reference (ToR)
menurut Fauji Yudha jadi langkah awal dalam peliputan.
Tak hanya Teguh. Perspektif hadirkan Pemimpin
Redaksi Aceh Journal National Network atau AJNN, Fauji.
Fauji jelaskan tiga tahapan penulisan ToR. Pertama, riset
data guna
“Pastikan pertanyaan tersebut relevan dengan tulisan
yang di inginkan,” pungkas Fauji.
Seringkali narasumber menghindar tuk diwawancarai
bila surat resmi atau permintaan wawancara tak digubris. Pungkasnya doorstop
dapat jadi solusi. Salah satu berhasilnya doorstop ialah dengan mengetahui
kebiasaan narasumber.
“Tanyakan kepada orang terdekat [narasumber], baik
itu pembantu, satpam ataupun sekretarisnya,” ucapnya.
Keberadaan narasumber dapat digunakan untuk
mendapatkan dokumen dan data riset. Informasi yang didapat pun harus
diverifikasi, gunanya untuk membuktikan legitimisasinya. Fauji tambahkan etika
saat berhubungan dengan koneksi. Seumpama ada informasi kecurigaan korupsi,
jurnalis tetap harus bertanya ke terduga pelaku korupsi.
Proses liputan tak lepas dengan gratifikasi berupa pemberian amplop berisikan uang, tiket
jalan-jalan atau pemberian pulsa. Ia sarankan tak pernah untuk menerimanya.
Sebab akan berpengaruh dalam kualitas penulisan nantinya.
Perasaan bersalah dan sungkan akan mempengaruhi
mental jurnalis bila dirinya menerima gratifikasi dari narasumber.
“Ketika kalian mengambilnya, kalian tak akan bisa
adil dalam menulis.”
Lalu ada Pimpinan Redaksi Harian Sumut 24, Rianto
Aghly. Jelaskan bahwa menjadi jurnalis yang handal membutuhkan waktu lama. Penulisan-penulisan
berita yang tajam akan menjalin hubungan dengan komunitas khusus, nantinya
dapat jadi narasumber dalam ungkap kasus korupsi.
Kasus korupsi atau dikenal kerah putih tak dapat
dilakukan sendirian. Rianto katakan penulisan kasus kerah putih perlu ada tim.
Kerja sama antara sesama jurnalis, koneksi antara broker informasi dan instansi
tertentu saling terhubung.
Selain itu, jurnalis saat mengungkap kasus kerah
putih dengan asas praduga tidak bersalah. Bukan tanpa sebab, keseteimbangan
informasi akan hadirkan tulisan yang adil. Dirinya menegaskan tugas jurnalis
bukanlah sebagai hakim. Sebelum pengadilan memberikan keputusan jurnalis tidak
dapat memberitakan terdakwa bersalah.
Chief Executive Officer Kantor Berita Aceh Mohsa El Ramadan
berikan saran dalam kiat meningkatkan tulisan investigasi. Pemberian rasa
terhadap tulisan, dirinya jelaskan cara untuk menghadirkan rasa dimulai dari
kepekaan diri terhadap sekitar.
Kepribadian terpuji menjadi keharusan. Perasaan
angkuh, lebih hebat daripada orang lain, dan ego mesti ditiadakan. Mohsa
jelaskan saat akan berhubungan dengan narasumber, jurnalis harus sampingkan
rasa ego.
“Semua tensi kita turunkan, jadilah diri kita yang
mewakili publik sehingga kita bisa masuk kemana saja,” sambung Mohsa.
Seorang jurnalis dalam menulis investigasi harus
memiliki wawasan luas. Cara mendapatkan wawasan luas ini dengan cara membaca
dan menulis terus diulang. Menurut Mohsa penulis hebat tanpa banyak membaca
akan membuat tulisannya jadi hambar.
Mohsa mengingatkan penggunaan bahasa jurnalistik
menggunakan prinsip egaliter. Penggunaan kata bapak kepada seseorang lebih tua
ataupun seperti tuan dan nyonya tidak diperbolehkan. Dirinya mengkecualikan
kepada penulisan berbentuk kutipan.
Bersifat rendah hati jadikan jurnalis lebih terbuka
dalam penulisan. Hadirnya sifat rendah hari membuat tulisan menjadi tidak kaku,
lanjut Mohsa. Penerapan paling sederhananya meminta kepada jurnalis lainnya
untuk meninjau tulisan yang telah dipublikasikan.
“Jurnalis adalah benteng terakhir bagi
korban-korban,” tutup Mohsa.
Penulis : Nurfany Izwhani
"Harga TBS Kelapa Sawit di Provinsi Jambi Naik, Memberikan Dorongan kepada Petani"
Provinsi Jambi, 20 Oktober 2023 - Tim penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit di Provinsi Jambi telah mencapai kesepakatan penting mengenai harga TBS kelapa sawit. Hasil pertemuan ini menunjukkan peningkatan harga TBS untuk kelapa sawit yang berusia 10 hingga 20 tahun sebesar Rp 28,34 per kilogram, meningkat menjadi Rp 2.350,38 per kilogram.
Dalam penelusuran yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, berikut adalah harga TBS kelapa sawit di Provinsi Jambi untuk berbagai usia tanaman:
- Sawit usia 4 tahun: Rp 1.961,16 per kilogram.
- Sawit usia 5 tahun: Rp 2.052,93 per kilogram.
- Sawit usia 6 tahun: Rp 2.139,88 per kilogram.
- Sawit usia 7 tahun: Rp 2.194,11 per kilogram.
- Sawit usia 8 tahun: Rp 2.239,01 per kilogram.
- Sawit usia 9 tahun: Rp 2.284,22 per kilogram.
- Sawit usia 10-20 tahun: Rp 2.350,38 per kilogram.
- Sawit usia 21-24 tahun: Rp 2.276,65 per kilogram.
- Sawit usia 25 tahun: Rp 2.166,67 per kilogram.